A. Pengertian Ranah Penilaian Afektif
Ranah afektif adalah
ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat
tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik
dalam berbagai tingkah laku. Pada ranah afeksi, Bloom menyusun pembagian kategorinya dengan David Krathwol yaitu:
- Penerimaan ( Receiving/Attending)
Mengacu kepada kemampuan untuk memperhatikan dan merespon stimulasi
yang tepat, juga kemampuan untuk menunjukkan atensi atau penghargaan
terhadap orang lain. Dalam domain atau ranah afektif, penerimaan
merupakan hasil belajar yang paling rendah. Contohnya, mendengarkan
pendapat orang lain.
- Responsif (Responsive)
Domain ini berada satu tingkat di atas penerimaan, dan ini akan
terlihat ketika siswa menjadi terlibat dan tertarik terhadap suatu
materi. Anak memiliki kemampuan berpartisipasi aktif dalam suatu
pembelajaran dan selalu memiliki motivasi untuk bereaksi dan mengambil
tindakan. Contoh, ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas mengenai suatu
pelajaran.
- Penilaian (Value)
Domain ini mengacu pada pentingnya nilai atau keterikatan diri
terhadap sesuatu, seperti penerimaan, penolakan atau tidak menyatakan
pendapat. Juga kemampuan untuk menyatakan mana hal yang baik dan yang
kurang baik dari suatu kegiatan atau kejadian dan mengekspresikannya ke
dalam perilaku. Contoh, mengusulkan kegiatan kelompok untuk suatu materi
pelajaran.
- Organisasi (Organization)
Tujuan dari ranah organisasi adalah penyatuan nilai, sikap yang
berbeda yang membuat anak lebih konsisten dan membentuk sistem nilai
internalnya sendiri, dan menyelesaikan konflik yang timbul diantaranya.
Juga mengharmonisasikan berbagai perbedaan nilai yang ada dan
menyelaraskan berbagai perbedaan.
- Karakterisasi (Characterization)
Acuan domain ini adalah karakter seseorang dan daya hidupnya. Kesemua
hal ini akan tercermin dalam sebuah tingkah laku yang ada hubungannya
dengan keteraturan pribadi, sosial, dan emosi. Nilai – nilai telah
berkembang sehingga tingkah laku lebih mudah untuk diperkirakan.
B. Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif
Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1. Sikap
Sikap merupakan suatu
kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu
objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan
sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima
informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses
pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi
terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik, dan sebagainya
2. Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah
suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong
seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut
kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat
adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif
yang memiliki intensitas tinggi.
Penilaian minat dapat digunakan untuk:
- mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
- mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
- pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
- menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
Mengelompokkan didik yang
memiliki peserta minat sama, f. acuan dalam menilai kemampuan peserta
didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian
materi,
- mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,
- bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
- meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3. Konsep diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu
terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan
intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain.
Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti
sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya
bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah
sampai tinggi.
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut:
- Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
- Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
- Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
- Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
- Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
- Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik.
- Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
- Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
- Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
- Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
- Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
- Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
- Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
- Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
- Peserta didik mampu menilai dirinya.
- Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
- Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang
perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap
buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi
sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai
mengacu pada keyakinan.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai
adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu
dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan
bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga
objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh
karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan
menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk
memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap
masyarakat.
5. Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas
tentang per-kembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah
hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari
prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap
dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya
seseorang bertindak. Moral juga sering dikaitkan
dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang
berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan
keyakinan seseorang.
- Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.
- Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.
- Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
- Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Afektif
Tingkat | Contoh kegiatan pembelajaran |
Penerimaan (Receiving) | Arti : Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap fenomena/stimult menunjukkan perhatian terkontrol dan terseleksi
Contoh kegiatan belajar :
-sering mendengarkan musik
- senang membaca puisi
- senang mengerjakan soal matematik
- ingin menonton sesuatu
- senang menyanyikan lagu
|
Responsi (Responding) | Arti : menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi (mendengar)
Contoh kegiatan belajar :
ü mentaati aturan
ü mengerjakan tugas
ü mengungkapkan perasaan
ü menanggapi pendapat
ü meminta maaf atas kesalahan
ü mendamaikan orang yang bertengkar
ü menunjukkan empati
ü menulis puisi
ü melakukan renungan
ü melakukan introspeksi
|
Acuan Nilai
( Valuing)
| Arti : Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti
Tingkatan : menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai
Contoh Kegiatan Belajar :
|
Organisasi
| Arti
: mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem
menentukan saling hubungan antar nilai memantapkan suatu nilai yang
dominan dan diterima di mana-mana memantapkan suatu nilaimyang dominan
dan diterima di mana-mana
Tingkatan : konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu sistem nilai
Contoh kegiatan belajar :
|
C. Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
Secara teknis penilaian ranah afektif
dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang
biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan
sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
- Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
- Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
- Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
- Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai
Sumber :
http://degk-dmbio.blogspot.co.id/2012/04/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan.html
https://dosenpsikologi.com/kognitif-afektif-dan-psikomotorik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar